AKANKAH PUASA KITA TAHUN INI SIA -SIA LAGI
Surabaya,- Nuswantoro pos.com Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi Rabbil' Alamin Wal' Aqibatu Lil Muttaqin Wala'Udwana illa
Alaz zholimin.
Rosulullah SAW 1444 tahun yang lalu telah memperingatkan kepada kita semua, bahwa akan ada banyak orang yang berpuasa tetapi sia-sia puasanya,
tidak mendapatkan pahala puasanya, tidak mendapatkan impact dari
puasanya mengapa hal tersebut terjadi, mengapa banyak orang berpuasa
tetapi tidak bisa memperbaiki ahlaqnya. Banyak orang berpuasa tetapi tidak mampu memperbaiki cara bicaranya, cara komentarnya di media sosial, cara menanggapi suatu prolematika????
Marilah kita introspeksi diri dan diskusi tentang peringatan Rosulullah
tersebut. Dari Sayyidina Abu Hurairah ra, baginda Rasulullah SAW bersabda, "
Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apapun dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga.
Banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak mendapatkan apapun dari bangun malamnya kecuali keletihan berjaga malam." (HR Ibnu Majah, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan kitab At-Targhib).
Syekh Maulana Muhammad zakariyya Al Kandahlawi Rah.A dalam kitabnya Fadhilah Amal menerangkan mengenai hadits di atas. Menurutnya para ulama menyebutkan tiga penafsiran tentang hadits di atas.
Pertama; hadits ini menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa pada siang hari lalu berbuka dengan makanan dari hasil rizqi yang Subhad, rizqi yang bukan haknya, atau rizqi yang haram. Semua pahala puasanya hilang karena dosa memakan makanan tersebut., maka ia tidak memperoleh apapun dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga sepanjang hari.
Kedua; hadits di atas menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa namun mereka tetap, berdusta, berbohong, adu domba, berkata-kata kotor, memandang seseorang dengan nafsu sahwat, ghibah (membicarakan keburukan orang lain).,
maka ia tidak memperoleh apapun dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga
sepanjang hari.
Lanjut yang Ketiga; hadits di atas menyatakan orang yang berpuasa tetapi tidak
menjauhkan diri dari maksiat dan dosa. maka ia tidak memperoleh apapun dari
puasanya, kecuali lapar dan dahaga sepanjang hari.
Begitu pula halnya dengan orang yang sholat sunah pada malam hari karena suka ghibah atau berbuat dosa lain. Misalnya mengerjakan sholat malam karena riya atau pamer dan sum'ah (tujuan mencari kemashuran), maka akan sia-sia sholatnya.
Marilah kita semua instrospeksi diri, muhasabah diri, berapa banyak dan telah
berapa tahun kita menjalankan ibadah Puasa Ramadhan seperti ini, Apakah puasa kita semakin tahun semakin berkualitas, atau tetap saja seperti tahun tahun yang lalu.
Yang pertama, Yang harus kita fikirkan adalah apakah kita yaqin tahun depan kita bisa diberi kesempatan ketemu bulan ramadhan lagi, berapa banyak saudara kita, teman kita yang tanpa sakit atau sakit sebentar lalu meninggal dunia, berapa banyak orang-orang yang kita cintai yang sakit seberntar lalu meninggal dunia, semoga kita semua diberikan kesehatan yang optimal dan umur yang panjang yang barokah. Allahumma aamiin Alfatihah 3x.
Yang kedua, Kita harus menganggap bahwa Puasa Ramadhon tahun ini
adalah Puasa Ramadhon yang terakhir dalam kehidupan kita, Allah yang
memiliki segalanya, Allah yang memiliki umur kita, ketika umur itu diminta oleh
Allah, siapapun, kekuatan apapun tidak bisa menghalangi kehendak Allah SWT.
Yang ketiga, Kita harus berusaha untuk bisa meningkatkan kwalitas atau tingkatan puasa kita di Ramadhon tahun ini.
Tingkatan Puasa Menurut Imam Al-Ghazali, oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali
dalam kitab Ihya Ulumuddin Jilid I. Terdapat 3 tingkatan orang berpuasa
sebagai berikut.
Puasa umum adalah puasanya orang awam. Dalam puasa ini, orang
melakukannya untuk mencegah perut dari makan, minum, dan menjaga diri dari godaan syahwat kemaluannya. Jenis puasa ini terbilang tingkatan puasa paling rendah. Alasannya, orang melakukan puasa hanya sekadar memenuhi persyaratan dalam ibadah ini yaitu menahan lapar, haus, dan bersetubuh suami istri di siang hari. Mereka tetap mendapatkan balasan pahalanya, namun sedikit. Umat Islam mesti senantiasa berhati-hati menjaga puasanya agar tidak hanya sekadar rutinitas
semata, atau sekadar menggugurkan kewajiban,
Puasa Khusus Dalam puasa khusus, orang yang berpuasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan bersenggama. Namun, dia juga mempuasakan indera dan alat geraknya dari melakukan berbagai hal yang dilarang dalam agama.
Pendengaran, penglihatan, ucapan, hingga gerak tangan dan kaki diusahakannya
agar tidak sampai melakukan tindakan maksiat.
Dalam Ihya Ulumuddin, puasa khusus ini adalah puasa orang-orang shalih. Untuk bisa masuk ke dalam tingkatan ini, seorang muslim mesti menjauhkan diri dari 6 perbuatan
Menahan diri dari melihat dan memandang segala hal yang dicela dan dimakruhkan, yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah.
Menjaga lidah dari perkataan sia-sia seperti mengumpat, berbohong, berkata keji,
ucapan yang dapat merenggangkan persaudaraan, ucapan kebencian, atau mengandung riya. Alih-alih demikian, seorang muslim yang berpuasa lebih baik
berdiam diri, Menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah, dan membaca Al-Qur'an.
Menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Ucapan yang
haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan.
Mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Ini mulai dari tangan dan kaki atas segala yang makruh, juga mencegah perut untuk mengonsumsi hal-hal syubhat waktu berbuka. Tidak ada artinya puasa jika kemudian berbuka dengan makanan yang haram. Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sehingga perut
sampai kepenuhan makanan.
Imam Al-Ghazali, perut yang penuh sesak dengan yang halal, dalam konteks
berbuka puasa, berbahaya. Pasalnya, bagaimana mungkin seseorang dapat
mendapatkan faedah berpuasa dengan menghancurkan hawa nafsu, jika ketika tiba waktu berbuka, ia hanya mengincar apa yang tidak didapatnya pada siang hari kala berpuasa.
Mempunyai hati yang diliputi rasa cemas dan harap karena ketidaktahuan apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Dengan demikian, ia senantiasa berusaha
untuk memperbaiki diri, dan tidak berpuas pada level yang didapatkannya sekarang.
Puasa Khususil Khusus Ini adalah puasa dalam level nabi-nabi, orang-orang
shiddiq dan orang-orang mugarrabin. Dalam puasa tingkat ini, hati berpuasa
dari segala cita-cita yang hina, segala pikiran duniawi, juga mencegahnya dari
selain Allah 'Azza wa Jalla. Dia tidak rela saat berpuasa justru lalai dari mengingat
Allah. Fokus berpuasanya semata-mata untuk mencari ridha Allah. Oleh sebab itu,
puasa di tingkatan ini adalah yang paling utama.
Lantas, sudah berada dilevel manakah tingkatan puasa kita selama ini Semoga Puasa Ramadhan kita tahun ini bisa menapaki tangga yang lebih tinggi dalam kualitas ibadah puasa kita. Aamiin ya mujibbussailin.
Afwan Katsir Wallahu a'lamu bisshowab.
Oleh H. Saefuddin Zuhri S.Kep. Ns. M. Kes
Lurah Perak Barat.
Pengurus Ansor - Banser Simokerto.
Wakil Ketua MWC NU Simokerto.
Wakil Ketua NUCare LazisNU Kota Surabaya.