Khadijah Gelar Festival Santri, Hadirkan Gus Iqdam
SURABAYA, Yayasan Taman Pendikan dan Sosial Khadijah menggelar festival santri untuk memeriahkan hari santri nasional tahun 2025, festival ini berupa lomba lomba yang digelar di seluruh unit pendidikan Khadijah mulai dari TK hingga SMA.
Ketua Yayasan Khadijah, Abdullah Sani dalam sambutannya mengatakan, tahun ini ada peningkatan lomba-lomba diantaranya yang tahun lalu tidak muncul yaitu lomba membaca kitab kuning, namun tahun ini sudah dimulai.
"Harapannya ke depan festival ini semakin ditingkatkan kualitasnya dengan ragam yang bermacam-macam, utamanya yang memiliki nilai-nilai santri, " Ujarnya.
Menurut Sani, Khadijah punya komitmen bahwa kita semua bagian dari santri, sebagai santri tidak hanya membaca kitab dan beribadah, tetapi berpikir secara kritis, berpikir tentang masa depan bangsa Indonesia ini ke depan, dan berakhlakul karimah.
"Sebagai pengurus Khadijah, sangat berharap bahwa anak-anakku semua yang ada di sini akan menjadi calon-calon pemimpin yang akan datang sesuai dengan bidangnya, baik di pemerintahan, di politik mungkin kewirausahaan dan sebagainya, namun semua itu harus didasari dengan iman dan taqwa serta berakhlakul karimah, kalian semua adalah bagian santri untuk itu isilah apa yang ada di diri kalian agar siap menghadapi masa depan dengan sebaik-baiknya, " Jelasnya.
Selain itu, peringatan hari santri yang dilakukan Khadijah ini adalah bagian dari pengingat sejarah bahwa santri merupakan bagian dari bangsa ini, yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Semua pihak harus tahu bahwa cikal bakal hari pahlawan berangkatnya dari tanggal 22 Oktober, secara nalar secara logika tidak akan terjadi perang 10 November atau hari pahlawan kalau tidak diawali dengan resolusi jihad, jadi cikal bakalnya adalah resolusi jihad yang digagas para ulama, yang saat itu disampaikan bahwa fardhu ain hukumnya bagi pemuda yang radius 90 km dari Surabaya untuk memerangi penjajah.
"Saya titip bahwa rasa jihad rasa perjuangan tetap harus muncul pada jiwa-jiwa santri untuk mengisi kemerdekaan yang akan datang," Ujarnya.
Sementara KH. Muhammad Iqdam Kholid atau gus Iqdam menjelaskan, nikmat menjadi santri itu harus dipertahankan, karena tidak semua orang bisa dan itu orang-orang pilihan orang yang ditakdirkan oleh Allah, yang menjadi santri ini adalah orang pilihan, orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, kalau tidak mendapatkan petunjuk dari Allah tidak akan bisa.
"enggak usah sulit-sulit tadi malam saya itu ngaji di Kudus hari santri bersama gubernur Jawa Tengah semisal perjalanan dari Kudus menuju Surabaya, Saya tidak mendapatkan petunjuk entah itu Google mapnya error atau hp-nya error atau mungkin patwalnya itu error juga atau apa pasti yang awalnya mungkin Kudus Surabaya itu sekitar 5 atau 6 jam ini kalau tidak mendapatkan petunjuk bisa berhari-hari, mungkin nanti bingung," Terangnya.
Santri itu orang-orang yang mendapatkan petunjuk sejalan dengan apa yang firmankan oleh Allah di dalam surat al-An'am, orang itu kalau oleh Allah subhanahu wa ta'ala dikehendaki mendapatkan petunjuk "yasrah sodrohul islam" dia itu hatinya akan diberi dibuka untuk memeluk untuk memahami agama Islam, jadi yang awalnya mungkin masuk Khadijah ini karena paksaan, kalau benar-benar dia itu mendapatkan petunjuk tiba-tiba nyaman, senang menghafal aqidatul awam, senang hafalin surat-surat pendek al-quran hafalin apapun pokoknya ilmunya Allah. Nah orang seperti itu oleh Allah subhanahu wa ta'ala dibuka untuk memahami agama Islam.
Gus Iqdam juga menyindir pihak luar yang mengkerdilkan santri, melihat orang pakai kopiah dianggap tidak keren, melihat mbak-mbak yang glowing-glowing pakai hijab tidak keren, lihat santri itu nggak keren, lihat santri punya adab sama gurunya dianggap feodalis, lihat santri sama gurunya itu hikmah ngalap barokah, tidak keren.
Gus Iqdam juga mengingatkan, bahwa "tsabatul Ilmi bil mudzakaroh", ilmu itu akan melekat kalau diulang ulang, rajin mempelajarinya. Dan "wabarokatuhu bil hikmah" ilmu ini akan barokah dengan hikmah, melayani orang yang punya ilmu, melayani orang yang mengajarkan ilmu, guru kita masyayikh kita, ulama kita. Kemanfaatan ilmu itu bisa didapatkan ketika gurunya ridho, ketika gurunya bahagia.
"tapi orang yang tidak pernah menjadi santri ada anak hikmah kepada gurunya, melayani gurunya katanya feodal, ada anak bikinin minum meladeni gurunya dan sebagainya ada anak sungkem katanya feodalis, padahal yang menjadikan dia itu jadi mulia, seorang santri itu mulia dan diangkat derajatnya karena dia menghormati guru gurunya, " Pungkasnya. (Samisri)



