Dinkes Jatim dan Geliat Airlangga Gelar Workshop AMPSR



SURABAYA, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) bersama Geliat Airlangga menggelar workshop Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon (AMPSR) pada 13-15 Mei di Surabaya.

Acara ini diikuti oleh 24 perwakilan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota di Jawa Timur, rinciannya 17 kabupaten/kota dari pendanaan Dinkes Jatim dan 7 kabupaten/kota lokasi fokus (lokus) dari Geliat Airlangga.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim, Waritsah Sukarjiyah mengatakan, workshop penguatan AMPSR kali ini merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Jawa Timur.

 "harapannya jumlah kematian ibu dan bayi di kabupaten kota bisa turun dengan signifikan, nantinya setiap kabupaten kota mempunyai rekomendasi apa yang menjadi solusi untuk setiap permasalahan kematian ibu dan kematian bayi yang sesuai di setiap kabupaten kota," ujarnya.

Menurut Waritsah, Jumlah kematian pada tahun 2023 lalu, untuk kematian ibu sebanyak 499 kasus dan kematian bayi sekitar 3.278 kasus. Jumlah kematian tertinggi masih dari kabupaten Jember dan Probolinggo.

Dengan workshop ini, para peserta dari setiap kabupaten kota melakukan kegiatan AMPSR setiap 3 bulan, baik  itu ada kematian ataupun tidak,  apabila tidak ada kasus kematian maka yang dilakukan adalah mengaudit kasus yang hampir mati.

"yang kedua nanti ada tindak lanjut untuk rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan kabupaten kota yang bisa dianggarkan APBD bisa tahun ini atau anggaran tahun 2025," terangnya.

Waritsah mengakui, saat ini yang sering menjadi kendala kegitan AMPSR adalah tim pengkaji baik dari Dinkes atau rumah sakit terkadang kesulitan dalam menentukan waktu untuk rapat kordinasi, karena dokter spesilis sangat sibuk, jika seperti di kota Surabaya dokter spesialisnya maupun obgyn anak itu kan masih banyak dan bisa memungkinkan, namun dokter spesialis di daerah lain kadang terbatas, dia juga harus melayani pasien. 

"ini yang kadang menjadi tantangan AMPSR sulit dilakukan dalan 3 bulan sekali," jelasnya.

Dinkes Jatim sendiri menargetkan adanya penurunan angka kematian ibu, indikatornya angka kematian ibu bisa 94,42% tercapai, jika melihat 2023 angka kematiannya 93,73/100.000 kelahiran hidup, tentunya target itu bisa  tercapai.

"Cuma menjadi tantangan kita, pembaginya bayi lahir hidup kita mau pakai data proyeksi pusdatin kemenkes atau data real yang ada di kabupaten/kota, ini yang menjadi permasalahan tiap tahunnya," terangnya. (Samisri)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url